Dosen
Pembimbing : Ibu
Disusun Oleh:
KELOMPOK IV
Ketua:
M.
Ikhsan Bahrudin (10620030)
Anggota:
Anisa
Sulistia (10620120)
Deden Ruhiyat (09101019)
Dimas Dwi Prasetyo (10620010)
Dwi Susilowati (10620060)
Emi Fatmawati (10620047)
M. Lutfi Aziz (09101017)
Rendiyatna (10620065)
Santo Suwandi (10620059)
Sopian (10620071)
Tobirin (10620121)
FAKULTAS
EKONOMI - MANAJEMEN
UNIVERSITAS
BOROBUDUR
JL. Raya
Kalimalang No. 1
Jakarta Timur
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Karyawan merupakan
salah satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu perusahaan, tanpa mereka
betapa sulitnya perusahaan dalam mencapai tujuan, merekalah yang menentukan
maju mundurnya suatu perusahaan, dengan memiliki tenaga-tenaga kerja yang
terampil dengan motivasi tinggi perusahaan telah mempunyai asset yang sangat
mahal, yang sulit dinilai dengan uang. proses pendirian suatu perusahaan baik
itu yang bergerak dalam bidang Industri maupun jasa selalu dilandasi keinginan
untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Setiap perusahaan tentu selalu
memiliki tujuan yang ingin dicapainya, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
setiap perusahaan sebenarnya sama yaitu mereka ingin mencapai laba yang optimal
dalam jangka panjang sehingga kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut dapat
terjamin.
Karyawan adalah salah satu
factor penting untuk kemajuan suatu perusahaan namun selain itu dibutuhkan juga
seseorang yang bisa merencanakan, mengarahkan, mengendalikan serta pengawasan
SDM tersebut. Sehingga, kinerja SDM yang ada diperusahaan benar-benar bisa
diandalkan serta mampu melakukan pekerjaannya secara optimal.
Secara istilah hal tersebut
sering disebut dengan “Manajemen Personalia” yaitu suatu kegiatan yang
didalamnya terdapat “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat”.
BAB II
MANAJEMEN PERSONALIA
A.
DEFINISI MANAJEMEN PERSONALIA
Manajemen personalia ialah manajemen yang
mengkhususkan dalam bidang personalia atau dalam kepegawaiaan. Oleh karena itu
manajemen personalia dapat didefenisikan sebagai berikut: “Manajemen personalia
adalah suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain planning, organizing
dn kontroling sehingga efektivitas dan efisiensi personalia dapat
ditingkatkan semakasimal mungkin.”
Menurut Prof. Edwin B. Filippo, manajemen personalia adalah
“perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan
tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan,
organisasi, dan masyarakat”.
Menurut
T. Hani Handoko, manajer personalia adalah “seorang manajer dan sebagai manajer
harus melaksanakan fungsi –fungsi dasar manajemen tanpa memperdulikan apapun
hakekat fungsi operasional”.
Dalam bentuk kerangka, definisi tersebut akan tampak
sebagai berikut:
1. fungsi- fungsi manajemen
a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organizing)
c. Pengarahan (directing)
d. Pengendalian (Controling )
2. Fungsi-fungsi operasional
a.
Pengadaan tenaga Kerja (procurement)
b.
Pengembangan (development)
c.
Kompensasi
d.
Integrasi
e.
Pemeliharaan (maintenance)
f.
Pemutusan hubungan kerja (separation)
Adapun penjelasan singkat atas
bagian-bagian dari definisi diatas adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan
berarti penentuan program personalia yang akan membantu tercapainya sasaran
yang telah disusun untuk perusahaan itu. Dengan kata lain proses penentuan akan
melibatkan partisipasi aktif dan kesadaran penuh dari Manajer personalia,
dengan keahliannya dalam bidang sumber daya manusia.
2.
Pengorganisasian (organizing)
Organisasi
adalah alat untuk mencapai tujuan, manajer personalia menyusun suatu organisasi
dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan , personalia, dan
faktor-faktor fisik . Apabila serangkaian tindakan telah ditentukan, organisasi
harus disusun untuk melaksanakannya.
3.
Pengarahan (directing)
Fungsi
sederhana dari pengarahan adalah untuk membuat atau mendapatkan karyawan
melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan (pemberian perintah).
4.
Pengendalian (controlling)
Pengendalian
adalah fungsi manajerial yang berhubungan dengan pengaturan kegiatan agar
sesuai dengan rencana personalia yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan
analisis terhadap sasaran dasar organisasi.
5.
Pengadaan tenaga kerja (procurement)
Fungsi
operasional dari manajemen personalia adalah berupa usaha untuk memperoleh
jenis dan jumlah yang tepat dari personalia yang diperlukan untuk menyelesaikan
sasaran organisasi. Hal-hal yang dilakukan dalam kaitan ini adalah penentuan
sumber daya manusia yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi, dan penempatan
. Penentuan sumber daya manusia yang diperlukan harus bersandar pada
tugas-tugas yang tercantum pada rancangan pekerjaan yang ditentukan sebelumnya.
6.
Pengembangan (development)
Pengembangan
merupakan peningkatan keterampilan melalui pelatihan yang perlu untuk prestasi
kerja yang tepat. Kegiatan ini amat penting dan terus tumbuh karena
perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi pekerjaan, tugas manajemen yang
semakin rumit.
7.
Kompensasi (compensation)
Fungsi
ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layak kepada personalia
untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.
8.
Integrasi (integration)
Integrasi
merupakan usaha untuk menghasilkan suatu rekonsiliasi (kecocokan) yang layak
atas kepentingan-kepentingan perorangan (individu), masyarakat , dan organisasi.
Definisi ini berpijak atas dasar kepercayaan bahwa masyarakat kita terdapat
tumpang tindih kepentingan yang cukup berarti.
9.
Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan
merupakan usaha untuk mengabadikan angkatan kerja yang mempunyai kemauan dan
mampu untuk bekerja. Terpeliharanya kemauan untuk bekerja sangat dipengaruhi
oleh komunikasi dengan para karyawan, keadaan jasmani (fisik) karyawan, dan
kesehatan serta keselamatan kerja.
10. Pemutusan Hubungan Kerja (separation)
Jika
fungsi pertama manajemen personalia adalah untuk mendapatkan karyawan, adalah
logis bahwa fungsi terakhir adalah memutuskan hubungan kerja dan mengembalikan
orang-orang tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggung jawab untuk
melaksanakan proses pemutusan hubungan kerja sesuai dengan persyaratan-persyaratan
yang telah ditentukan, dan menjamin bahwa warga masyarakat yang dikembalikan
itu berada dalam keadaan yang sebaik mungkin.
B.
KUALITAS PERSONEL
Untuk
mengangkat pegawai secara ilmiah, terlebih dahulu orang harus menyusun suatu
standar kepegawaian untuk menguji para pelamar. Standar ini harus menetapkan
kualitas minimum yang dapat diterima yang diperlukan agar mampu melaksanakan
tugas-tugas jabatan dan tanggung jawab sehingga bisa ditentukan kemampuan
manusia yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Menurut Dictionary of
Occupational Titles, penyusunan pekerjaan adalah “suatu bagian dari proses
pengorganisasian, Studi atas isi pekerjaan untuk menentukan kebutuhan tenaga
manusia disebut “ analisa pekerjaan”.
Beberapa istilah yang berhubungan dan seringkali
dikacaukan dengan analisa pekerjaan:
Ø Posisi (position)
Posisi
adalah sekelompok tugas yang ditugaskan kepada seseorang. Dalam perusahaan
terdapat sejumlah posisi yang sama banyaknya dengan jumlah pegawai.
Ø Pekerjaan (job)
Pekerjaan
sekarang dapat dirumuskan sebagai suatu kelompok posisi yang mempunyai jenis
dan tingkat kerja yang sama. Dalam beberapa hal mungkin hanya satu posisi yang
dicakup, hanya karena tidak ada posisi lain yang sama.
Ø Jabatan (occupation)
Jabatan
adalah suatu kelompok pekerjaan yang mempunyai jenis kerja yang sama dan
ditemukan dalam seluruh industri atau diseluruh negeri. Suatu jabatan adalah
suatu kategori kerja yang ditemukan dibanyak perusahaan. Seseorang selalu harus
mempunyai posisi dan pekerjaan, tetapi mungkin bukan jenis kerja yang ditemukan
secara umum diseluruh industri dan karenanya mungkin tidak punya jabatan
(occupation).
Menurut
Summary of National Job Analysis Methode Survey, analisa pekerjaan adalah
“proses mempelajari dan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan operasi
dan tanggung jawab suatu pekerjaan tertentu”.
Sedangkan kegunaan dari analisa kerja adalah sebagai
berikut:
1. Pengabsahan (validation) atas
prosedur-prosedur pengangkatan, pengabsahan dibenarkan dan dirumuskan sebagai
menguji secara sistematik kriteria seleksi atau predikator untuk menentukan
apakah hal-hal itu berhubungan erat dengan kelompok prilaku dari pekerjaan itu.
2. Pelatihan (training). Uraian
tugas-tugas dan peralatan yang dipergunakan sangat membantu dalam mengembangkan
isi program-program pelatihan.
3. Evaluasi pekerjaan. Uraian pekerjaan
dan rincian persyaratan tenaga kerja yang diperlukan dievaluasi kegunaannya,
dengan sasaran terakhir untuk penentuan nilai dalam bentuk uang
4. Penilaian prestasi. Sebagai
pengganti penilaian seorang karyawan atas sifat-sifat seperti ketergantungan
dan inisiatif, ini ada kecenderungan untuk menentukan sasaran pekerjaan dan
hasil kerja dinilai berdasarkan tercapai tidaknya sasaran tersebut.
5. Pengembangan karier. Informasi
pekerjaan membantu perusahaan untuk merencanakan saluran-saluran promosi, dan
menyediakan data mengenai kesempatan dan persyaratan karier didalam organisasi
kepada karyawan
6. Organisasi. Informasi pekerjaan yang
diperoleh melalui analisa pekerjaan seringkali mengungkapkan contoh-contoh
organisasi yang jelek sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
rancangan pekerjaan.
7. Perkenalan (induction). Untuk
petatar (trainee) baru, uraian pekerjaan paling membantu dalam masa orientasi.
8. Penyuluhan (counseling). Informasi
pekerjaan sangat bernilai dalam penyuluhan pekerjaan. Disarankan lebih banyak
penyuluhan semacam itu diberikan pada tingkat sekolah menengah, karena banyak
lulusannya tidak menyadari jenis- jenis pekerjaan yang ada.
9. Hubungan
perburuan (labor relation). Uraian pekerjaan standar fungsi . Jika seorang
karyawan mencoba menambah atau mengurangi tugas-tugas yang tercantum disana,
maka standar telah dilanggar. Serikat buruh, demikian juga managemen tertarik
10. Penataan kembali (reengineering)
pekerjaan. Jika para majikan ingin menyesuaikan pekerjaan dengan suatu kelompok
khusus, misalnya orang cacat fisik, biasanya mereka harus mengubah isi
pekerjaan tertentu. Analisis pekerjaan menyediakan informasi yang akan
memudahkan perubahan pekerjaan untuk memungkinkan diisi oleh personalia dengan
sifat-sifat khusus.
C.
TANTANGAN TERHADAP MANAJEMEN PERSONALIA MODERN
Menurut
Floyd (1971;783) diantara banyak perubahan besar yang terjadi, tiga hal yang
berikut akan menjelaskan hakikat dari tantangan personalia:
1.
Perubahan bauran dalam angkatan kerja
Jelas akan
membawa perkenalan nilai-nilai baru kepada organisasi. Suatu angkatan kerja
dengan perangkat nilai-nilai ini akan sangat cocok digunakan oleh perusahaan
dalam usaha mereka untuk mengejar nilai-nilai produktivitas, efisiensi, dan
efektivitas. Mengingat makin meningkatnya penekanan pada individu dibanding
dengan organisasi, sejumlah perubahan program personalia telah dicoba salah
satunya adalah :
Waktu luwes (Flexitime)
Menurut Craig Eric Schneir, Flexitime adalah” suatu
program yang memberikan waktu untuk memulai dan mengakhiri secara fleksible
bagi karyawan” .
Jadwal yang dipergunakan oleh suatu perusahaan adalah
sebagai berikut :
Ø
Jam 7 sampai 9 pagi merupakan selang
waktu fleksibel dimana karyawan boleh memilih waktu untuk memulai kerja.
Ø Jam 9 sampai 11.30 pagi merupakan
waktu inti, semua karyawan harus hadir.
Ø Jam 11.30 pagi sampai 1.00 siang
merupakan waktu yang fleksibel untuk makan siang selama 30 menit
Ø
Jam 1 sampai 4 siang merupakan waktu
inti.
Ø
Jam 4 sampai 6 sore merupakan waktu
luwes (flexitime) untuk mengakhiri kerja.
Rencana-rencana semacam ini ternyata mempunyai sejumlah
manfaat bagi majikan diantaranya yang disarankan adalah sebagai berikut:
a.
Mempertinggi produktivitas (enhanced production).
Walaupun terdapat sedikit bukti
nyata, namun penelitian- penelitian menunjukkan kesempatan-kesempatan untuk
memperbaiki produktivitas bervariasi mulai dari sepertiga sampai setengah,
dengan kemungkinan ukuran keuntungan antara 5 persen sampai 14 persen.
Penyebab-penyebab untuk hal ini
mencakup moral yang lebih baik, waktu kerja yang lebih baik, waktu kerja yang
sesuai dengan “ jam tubuh” (body clock) karyawan, penanganan yang lebih baik
atas fluktuasi beban kerja, meningkatkan pelayanan terhadap karena perusahaan
buka lebih lama, dan berkurangnya waktu terluang menunggu jam pulang karena
enggan memulai tugas baru.
b.
Mengurangi keterlambatan dan ketidakhadiran karyawan (reduced employee tardiness and
absenteeism).
Karyawan
yang sudah terlambat menurut jadwal yang ketat sering akan bimbang dan akhirnya
memutuskan untuk tidak masuk kerja sama sekali. Jika waktu kedatangan di tempat
kerja yang disetujui itu berada didalam rentang dua jam yang luwes, maka
keterlambatan dan ketidakhadiran karena hal semacam ini bisa disingkirkan.
Keperluan-keperluan pribadi dapat ditanggulangi tanpa mengabaikan pekerjaan
selama setengah atau sepanjang hari.
c.
Memperbaiki moral dan mengurangi pergantian karyawan (improved morate and reduced
turnover).
Dengan sistem Waktu luwes
(flexitime), karyawan mengendalikan hari kerjanya secara terbatas sehingga hal
ini merupakan suatu jenis dari pemerkayaan pekerjaan (job enrichment). Para karyawan pada dasarnya diperlakukan sama seperti
para manajer dan karyawan profesional.
2.
Perubahan Harapan Karyawan- Warga masyarakat
Semakin banyak petunjuk bahwa
hak-hak warga masyarakat yang eksternal sedang menyusup kedalam perusahaan
dengan maksud memperbaiki mutu kehidupan kerja. Dua ilustrasi yang menonjol
adalah: (1) kebebasan berbicara (freedom of speech), dan (2) kebebasan pribadi
(the right to privacy). Dalam organisasi-organisasi hak untuk
“meniup peluit“ ini cukup dilindungi dengan baik . Dow Votaw berpendapat bahwa
kebebasan berbicara didalam organisasi adalah “suatu perkembangan yang mungkin
akan terbukti sebagai suatu hal yang mungkin akan terbukti sebagai suatu hal
yang perlu untuk menyertai tanggung jawab perusahaan yang efektif”
Para karyawan merasa adanya pelanggaran yang lebih besar
atas kebebasan pribadi jika :
Ø
informasi yang sifatnya disebarluaskan
kepada orang lain tanpa izin mereka
Ø
informasi pribadi, sebagaimana halnya
dengan data produktivitas perusahaan disebar disiarkan
Ø
Informasi yang sifatnya pribadi
diberikan kepada orang-orang luar ketimbang kepada mereka yang bekerja di
perusahaan itu.
3.
Perubahan Tingkat Produktivitas
menurut
Dov Votow, masalah paling serius yang dewasa ini dihadapi oleh manajer
personalia, adalah menurunnya produktivitas perekonomian.
Telah
banyak alasan yang dikemukakan sebagai penyebab produktivitas akhir-akhir ini:
a. Berbagai peraturan dan undang-undang
pemerintah telah menambah biaya untuk melakukan usaha tanpa meningkatkan
produktivitas dalam jangka pendek, seperti perlindungan lingkungan, kesehatan
dan keselamatan, tindakan pencegahan diskriminasi, dan sebagainya.
b. Undang-undang semacam itu telah
menyebabkan meningkatnya jumlah karyawan baru dalam lingkup bisnis arus wanita
dan minoritas mungkin telah mengakibatkan menurunnya produktivitas selama
perkenalan.
c. Para manajer umumnya berorientasi pada
keuntungan jangka pendek dalam mengambil keputusan- keputusan bisnis. Dengan
adanya tekanan-tekanan dari para pemegang saham, pasar surat-surat berharga,
dan lembaga-lembaga keuangan, mereka cenderung menunda penelitian,
pengembangan, dan investasi pabrik baru demi prestasi jangka pendek. Hal ini
menyebabkan penurunan produktivitas terus menerus. Diakui juga berbagai macam
undang-undang pajak telah menghambat inovasi dan investasi pabrik baru.
d.
Hubungan yang bersifat merugikan dengan
serikat-serikat buruh mengurangi usaha kerjasama yang akan meningkatkan
produktivitas. Banyak aturan kerja yang telah dirundingkan dengan serikat buruh
yang dirancang untuk melindungi dan penghasilan jangka pendek mendatangkan
malapetaka jika para majikan harus bersaing di pasar dunia.
e.
Aliensi karyawan menyebabkan penolakan
kerjasama untuk perbaikan produktivitas. Disebutkan bahwa sikap karyawan yang
jelek disebabkan oleh faktor-faktor seperti pekerjaan yang sangat berbahaya,
pekerjaan-pekerjaan yang rutin dan membosankan, dan para manajer yang
autokratis yang mengambil sendiri keputusan yang mempengaruhi kerja dan mutu
kehidupan kerja, tanpa memperdulikan pentingnya partisipasi karyawan.
Walaupun manajer personalia hanya dapat berbuat sedikit
untuk mengubah susunan perekonomian kita yang berdasarkan persaingan, namun
terdapat banyak bidang dimana tantangan-tantangan itu dapat dipenuhi.
D.
SELEKSI PERSONALIA
Menurut
Prof. Edwin B Flippo, seleksi adalah “pemilihan seseorang tertentu dari
sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu jabatan
tertentu”. Manajemen memutuskan pekerjaan apa yang terlibat dan
kemampuan-kemampuan individu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
secara efektif. Kemudian manajer melihat prestasi para pelamar diwaktu yang
lalu dan memilih seseorang yang memiliki kemampuan, pengalaman dan kepribadian
yang paling memenuhi persyaratan suatu jabatan.
Prestasi
masa lalu merupakan penunjuk paling baik bagi prestasi dimasa yang akan datang.
Apa yang dilakukan seseorang di waktu yang lalu, seperti ditunjukkan oleh
laporan-laporan sekolah, pengalaman kerja dan kegiatan-kegiatan diluar
kurikulum, adalah predikator paling baik tentang apa yang kemungkinan akan
dilakukan di waktu yang akan datang.
Berbagai
prosedur seleksi untuk membandingkan pelamar dengan spesifikasi jabatan
tersedia. Menurut T. Hani Handoko langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang
biasa digunakan adalah:
1. Wawancara pendahuluan
2. Pengumpulan data pribadi (biografis)
3. Pengujian (testing)
4. Wawancara yang lebih mendalam
5. pemeriksaan referensi-referensi
prestasi
6. Pemeriksaan kesehatan
7. Keputusan pribadi
8. Orientasi jabatan
Ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi prestasi
karyawan. Beberapa
faktor tersebut adalah:
1. Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan dan pengalaman
kerja, untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu.
2.
Bakat dan Minat (aptitude and
interest), untuk memperkirakan minat dan kapasitas / kemampuan seseorang.
3.
Sikap dan kebutuhan (attitudes and
need), untuk meramalkan tanggung jawab dan wewenang seseorang.
4.
Kemampuan-kemampuan analitis dan
manipulatif, untuk mempelajari kemampuan pemikiran dan
penganalisaan.
5.
kesehatan, tenaga dan stamina, untuk melihat
kemampuan fisik seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan.
6.
Ketrampilan dan kemampuan teknik, untuk menilai
kemampuan dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan.
Setelah diseleksi, Karyawan ditempatkan pada suatu
pekerjaan dan diperkenalkan dengan organisasi melalui berbagai bentuk
orientasi. Tahap orientasi merupakan kegiatan pengenalan dan penyesuaian
karyawan baru dengan organisasi. Proses ini merupakan proses penting karena
suatu pekerjaan baru adalah sulit dan menyebabkan frustasi bagi karyawan baru.
Menurut American Society for Personel Administration, situasi baru adalah
“berbeda dan asing, serta proses orientasi yang jelek dapat memadamkan
antusiasme dan usaha mulai dari permulaan”. Karena berbagai perusahaan
melaporkan bahwa lebih setengah dari pengunduran diri suka rela terjadi dalam 6
(enam) bulan pertama, Orientasi yang tepat dapat berbuat banyak untuk
mengurangi masalah ini dan biaya-biaya yang menyertainya.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis program
orientasi baik resmi(formal) maupun tidak resmi (informal).
Tahap pertama biasanya diselenggarakan oleh staf unit
personalia, hal-hal yang dipertimbangkan mencakup:
a. Hasil produksi perusahaan itu
b. Tunjangan kesejahteraan Karyawan
c. Jadwal gaji
d. Masa percobaan
e. Pencatatan waktu dan ketidakhadiran
f. Hari libur, parkir, prosedur
keluhan.
g. Program
persamaan kesempatan penempatan tenaga kerja
Tahap kedua dari sebagian besar program orientasi yang
terorganisasi dilaksanakan oleh penyelia langsung. Karyawan yang baru diangkat
itu diperkenalkan kepada sesama karyawan, dibawa keliling departemen dan diberi
informasi tentang hal-hal kecil seperti tempat ganti pakaian dan kamar kecil,
prosedur persediaan, jam kerja, lembur, prosedur pemanggilan, jam istirahat dan
makan siang, dan fasilitas-fasilitas perusahaan. Menurut OC Brenner dan J.
Tomkiewcz, “suatu program percobaan khusus atas orientasi direncanakan dengan
sasaran khusus untuk meyakinkan karyawan yang baru diangkat bahwa mereka mempunyai
kesempatan baik untuk berhasil.
Karyawan tersebut diminta untuk melupakan permainan yang
sewenang-wenang dari para karyawan yang lebih tua, dan dianjurkan agar
mendekati para penyelia mereka jika ada pertanyaan dan masalah.
Program orientasi akan lebih lengkap jika mencakup tindak
lanjut beberapa minggu kemudian. Wawancara ini bisa dilakukan oleh penyelia
atau spesialis personalia dan berhubungan dengan (1) kepuasan karyawan terhadap
pekerjaan dan organisasi, dan (2) kepuasan penyelia terhadap karyawan.
Ketidakpuasan mungkin dijernihkan dengan penjelasan-penjelasan atau pemindahan
nyata ke pekerjaan yang berbeda, bagaimanapun minat terhadap karyawan yang
dibuktikan dengan tindakan yang tulus untuk melakukan wawancara tindak lanjut
akan membantu meningkatkan tingkat kepuasan karyawan.
Oleh sebab itu sering dipakai ukuran kepuasan para
penyelia dan karyawan lama terhadap masuknya karyawan baru tersebut, disamping
kepuasan karyawan baru, untuk menilai keberhasilan proses orientasi. Bila tahap
seleksi tidak berbuat kesalahan biasanya proses orientasi juga tidak akan
mengalami kesulitan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen
personalia adalah “perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran
perorangan, organisasi, dan masyarakat”.
Untuk dapat
mengembangkan manajemen personalia maka kita harus sadar bahwa manusia bukanlah
benda mati sebab manusia mempunyai perasaan, mereka dapat gembira dan sakit
hati , mereka dapat senan dan susah , mereka bukan hanya memerlukan kebutuhan
materi tetapi juga mereka juga sering mengharapkan penghargaan dan pengakuaan .
Oleh karena
demikiaan banyak factor yang merupakan asfek dalam kehidupan manusia dalam
hubungannya antara satu dengan yang lain, maka untuk mengembangkannya perlu
pengetahuaan tentang fsikologi, hubungan tentang manusia agama,adat-istiadat
dan sebagainya. Memang harus kita akui bahwa makin kecil suatu perusahaan, maka
makin kecillah peranan menajemen personalia. Sebaliknya dengan makin besarnya
suatu perusahaan maka makin besarlah peranan manajemen personalia disini. Hal
ini dapat kita mengerti, sebab makin besar suatu perusahaan maka kecendrungan
makin besarlah jumlah personalianya. Dan ini berarti makin dibutuhkan
administrasi yang lebih baik, pengurusan yang lebih baik, kebijakan-kebijakan
yang lebih baik dan sebagainya. Ini disebabkan karena makin besarnya jumlah
personalia, bukan hanya makin besar jumlah yang harus diurus tetapi
kecendrungan makin kompleks persoalan yang harus dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
htttp://fitriblog.com/menejemen personalia/.
http://ebook.com/repormasi menejemen personalia.pdf/
Lampiran:
CURRICULUM
VITAE KELOMPOK
No comments:
Post a Comment