Menurut Prof. Edwin B Flippo,
seleksi adalah “pemilihan seseorang tertentu dari sekelompok karyawan-karyawan
potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu”. Manajemen memutuskan
pekerjaan apa yang terlibat dan kemampuan-kemampuan individu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif. Kemudian manajer melihat prestasi
para pelamar diwaktu yang lalu dan memilih seseorang yang memiliki kemampuan,
pengalaman dan kepribadian yang paling memenuhi persyaratan suatu jabatan.
Prestasi masa lalu merupakan
penunjuk paling baik bagi prestasi dimasa yang akan datang. Apa yang dilakukan
seseorang di waktu yang lalu, seperti ditunjukkan oleh laporan-laporan sekolah,
pengalaman kerja dan kegiatan-kegiatan diluar kurikulum, adalah predikator
paling baik tentang apa yang kemungkinan akan dilakukan di waktu yang akan
datang.
Berbagai prosedur seleksi untuk
membandingkan pelamar dengan spesifikasi jabatan tersedia.
Menurut T. Hani
Handoko langkah-langkah dalam prosedur seleksi yang biasa digunakan adalah:
1.
Wawancara
pendahuluan
2.
Pengumpulan data
pribadi (biografis)
3.
Pengujian (testing)
4.
Wawancara yang
lebih mendalam
5.
pemeriksaan
referensi-referensi prestasi
6.
Pemeriksaan
kesehatan
7.
Keputusan pribadi
8.
Orientasi jabatan
Ada beberapa
faktor yang cenderung mempengaruhi prestasi karyawan. Beberapa
faktor tersebut adalah:
1.
Latar belakang
pribadi, mencakup pendidikan dan pengalaman
kerja, untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu.
2.
Bakat dan Minat (aptitude
and interest), untuk memperkirakan minat dan kapasitas / kemampuan seseorang.
3.
Sikap dan kebutuhan (attitudes and need), untuk meramalkan tanggung jawab dan wewenang
seseorang.
4.
Kemampuan-kemampuan analitis dan manipulatif, untuk mempelajari kemampuan pemikiran dan
penganalisaan.
5.
kesehatan, tenaga dan stamina, untuk melihat kemampuan fisik seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan.
6.
Ketrampilan dan kemampuan teknik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik pekerjaan.
Setelah
diseleksi, Karyawan ditempatkan pada suatu pekerjaan dan diperkenalkan dengan
organisasi melalui berbagai bentuk orientasi. Tahap orientasi merupakan
kegiatan pengenalan dan penyesuaian karyawan baru dengan organisasi. Proses ini
merupakan proses penting karena suatu pekerjaan baru adalah sulit dan
menyebabkan frustasi bagi karyawan baru. Menurut American Society for Personel
Administration, situasi baru adalah “berbeda dan asing, serta proses orientasi
yang jelek dapat memadamkan antusiasme dan usaha mulai dari permulaan”. Karena
berbagai perusahaan melaporkan bahwa lebih setengah dari pengunduran diri suka
rela terjadi dalam 6 (enam) bulan pertama, Orientasi yang tepat dapat berbuat
banyak untuk mengurangi masalah ini dan biaya-biaya yang menyertainya.
Semua
organisasi mempunyai beberapa jenis program orientasi baik resmi(formal) maupun
tidak resmi (informal).
Tahap pertama
biasanya diselenggarakan oleh staf unit personalia, hal-hal yang
dipertimbangkan mencakup:
a.
Hasil produksi
perusahaan itu
b.
Tunjangan
kesejahteraan Karyawan
c.
Jadwal gaji
d.
Masa percobaan
e.
Pencatatan waktu
dan ketidakhadiran
f.
Hari libur, parkir,
prosedur keluhan.
g.
Program persamaan kesempatan penempatan tenaga kerja
Tahap kedua
dari sebagian besar program orientasi yang terorganisasi dilaksanakan oleh
penyelia langsung. Karyawan yang baru diangkat itu diperkenalkan kepada sesama
karyawan, dibawa keliling departemen dan diberi informasi tentang hal-hal kecil
seperti tempat ganti pakaian dan kamar kecil, prosedur persediaan, jam kerja,
lembur, prosedur pemanggilan, jam istirahat dan makan siang, dan
fasilitas-fasilitas perusahaan. Menurut OC Brenner dan J. Tomkiewcz, “suatu
program percobaan khusus atas orientasi direncanakan dengan sasaran khusus
untuk meyakinkan karyawan yang baru diangkat bahwa mereka mempunyai kesempatan
baik untuk berhasil.
Karyawan
tersebut diminta untuk melupakan permainan yang sewenang-wenang dari para
karyawan yang lebih tua, dan dianjurkan agar mendekati para penyelia mereka
jika ada pertanyaan dan masalah.
Program
orientasi akan lebih lengkap jika mencakup tindak lanjut beberapa minggu
kemudian. Wawancara ini bisa dilakukan oleh penyelia atau spesialis personalia
dan berhubungan dengan (1) kepuasan karyawan terhadap pekerjaan dan organisasi,
dan (2) kepuasan penyelia terhadap karyawan. Ketidakpuasan mungkin dijernihkan
dengan penjelasan-penjelasan atau pemindahan nyata ke pekerjaan yang berbeda,
bagaimanapun minat terhadap karyawan yang dibuktikan dengan tindakan yang tulus
untuk melakukan wawancara tindak lanjut akan membantu meningkatkan tingkat
kepuasan karyawan.
Oleh sebab itu
sering dipakai ukuran kepuasan para penyelia dan karyawan lama terhadap
masuknya karyawan baru tersebut, disamping kepuasan karyawan baru, untuk
menilai keberhasilan proses orientasi. Bila tahap seleksi tidak berbuat
kesalahan biasanya proses orientasi juga tidak akan mengalami kesulitan.
No comments:
Post a Comment