Dosen
Pembimbing : Bpk. M.Yahya Yoenoes
Disusun Oleh:
KELOMPOK I
Anggota:
Chaerunisa (10620086)
Dimas Dwi Prasetyo (10620010)
Dwi
Susilowati (10620060)
Emi Fatmawati (10620047)
Emi
Suswati (10620001)
Heka
Rosita (11620015)
Mega
Maskasari (10620012)
M. Ikhsan Bahrudin (10620030)
Rendiyatna (10620065)
Santo Suwandi (10620059)
Sopian (10620071)
FAKULTAS EKONOMI - MANAJEMEN
UNIVERSITAS
BOROBUDUR
JL. Raya
Kalimalang No. 1
Jakarta Timur
2012
STRATEGI
PENGELOLAAN ORGANISASI PERUSAHAAN
Rancangan
dan pelaksanaan praktik pengelolaan yang baik merupakan panduan pertama dari
Organisasi Pengusaha yang Efektif. Keseluruhan strategi pengelolaan dirancang
untuk membantu eksekutif, direktur dan manajer organisasi pengusaha membangun
dan menjalankan organisasi agar lebih strategis dan efektif. Tujuannya untuk
menyusun, membangun dan menjalankan organisasi pengusaha di tingkat nasional di
negara-negara berkembang dan dalam transisi ekonomi. Strategi pengelolaan ini
yang akan memaparkan hal yang akan menjadi kendala, khususnya bagi organisasi
yang
mempertimbangkan
atau menjalankan kajian strategis atas pengoperasian organisasi saat ini.
Sebuah
pendekatan strategis untuk pengelolaan organisasi-organisasi pengusaha merupakan
pendekatan langkah-demilangkah untuk mengembangkan, menyetujui, dan menjalankan
rencana bisnis yang berkelanjutan. Pendekatan akan membantu pemimpin organisasi
pengusaha
mengkaji
perencanaan strategi dari nol. Diantaranya:
Menyetujui prioritas strategis,
menjelaskan tentang kerangka kerja analisis sederhana untuk pengumpulan data,
menyusun serial opsi-opsi strategis dan memilih di antaranya dengan mengambil
manfaat untuk “membeli”nya demi
perencanaan
strategis pengurus manajemen kunci, anggota dan karyawan organisasi pengusaha;
Mengubah prioritas strategis menjadi
tujuan dan rencana kerja, mengujinya dengan pertanyaanpertanyaan penting
tentang bagaimana mengubah dokumen yang disusun dengan baik ke dalam realitas
operasional sehari-hari. Hal ini
akan
memberikan gagasan-gagasan tentang mengubah rencana strategis menjadi tujuan
dan rencana kerja organisasi, departemen dan individual;
Mengukur dan mengkaji kemajuan yang berkaitan
dengan hal yang terpenting, tetapi secara khusus, juga melihat aspek yang
paling tidak diperhatikan dalam perencanaan strategis, yaitu mengukur
pencapaian dan mengkaji serta merevisi rencana berdasarkan pengalaman.
Misalnya,
sebuah organisasi ingin memulai pengembangan pernyataan misi dan menunda perencanaan
strategis yang lebih rinci kemudian. Lebih efektif untuk mengikuti keseluruhan
proses. Namun organisasi yang memiliki misi organisasinya secara baik akan
dapat menjalankan fungsinya dengan lebih baik pula dibangdinkan yang tidak. Harus
dicatat, organisasi yang memulai membangun dari awal harus menghindar melewati
runutan setiap langkah dalam proses menjalankan dan mengkaji perencanaan
strategis, khususnya organisasi yang hanya terfokus pada pilihan strategis
tertentu. Waktu dapat banyak dihemat dengan memotong hal-hal yang tidak perlu
dan melakukan komunikasi efektif akan dapat menghindari terbuangnya waktu di kemudian
hari, dikarenakan hasil yang dicapai tidak terpikirkan dengan baik, atau
diterima oleh mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya.
Organisasi
pengusaha sering kali memiliki:
rentang yang lebar dan kompleksitas
dalam tujuan organisasi;
cakupan yang luas atas pilihan-pilihan
layanan yang diberikan;
permintaan berbasis klien berdasarkan
kebutuhan anggota; dan
sumber daya yang lemah.
Dalam
konteks ini, hanya perencanaan strategis yang secara rasional dapat digunakan
untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya yang amat sangat terbatas, di mana
mereka berperan dalam menjaga saling pengertian antara anggota dan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Dengan menciptakan konteks strategis yang jelas,
akan membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan yang sulit. Sebagai manfaat
tambahan, penyusunan perencanaan strategis membantu meningkatkan komunikasi
internal dan eksternal serta
meningkatkan
kerjasama di antara staf organisasi pengusaha serta berbagai komite organisasi.
Praktik
perencanaan strategis
Meski
merupakan hal yang relatif mudah (tetapi mendorong), analisis dan riset diperlukan
dalam menerjemahkan pernyataan misi organisasi pengusaha ke dalam sebuah
strategi. Organisasi-organisasi pengusaha di negara maju dan berkembang
menunjukan bahwa kinerja organisasi-organisasi pengusaha di negara-negara maju
ternyata lebih baik. Meskipun demikian, kurang dari 50% organisasi-organisasi
tersebut memiliki strategi bisnis, dan hanya sepertiganya memiliki tujuan
tertulis berdasarkan strategi yang dimilikinya.
Jika
tim manajemen Anda memutuskan untuk mulai melakukan sesuatu, ada
beberapa
pertanyaan yang perlu dipertimbangkan atau dijawab. Dengan organisasi dalam
benak Anda, berikan beberapa pemikiran awal atas beberapa pertanyaan berikut
ini:
Siapa yang akan mengembangkan rencana?
Proses apa yang akan digunakan?
Apa yang menjadi pencapaian kunci?
Apa yang akan dilakukan untuk menjamin
para staf dan anggota Anda terinformasi dengan baik dan terlibat aktif?
Bantuan apa yang diperlukan dalam
kegiatan organisasi Anda?
Dalam jangka waktu berapa lama rencana
dapat dikembangkan?
Siapa yang akan menyetujui rencana?
Apakah Anda memiliki anggaran?
Memulai
proses
Tidak
ada jawaban yang mudah untuk pertanyaanpertanyaan di atas. Jawaban akan
tergantung pada ukuran, bentuk dan kompleksitas organisasi pengusaha, sumber
daya yang tersedia dan sifat dari tantangan-tantangan yang dihadapi. Beberapa pertimbangan
berikut dapat diterapkan untuk seluruh organisasi, termasuk:
Siapa yang akan mengembangkan
rencana?–
Semua
tanggung jawab untuk perencanaan strategis keseluruhan berada di tangan manajer
eksekutif paling senior dalam organisasi biasanya disebut sekretaris jenderal,
direktur jenderal atau pimpinan eksekutif. Ia akan kerap mendelegasikan tanggung
jawabnya ke seorang manajer yang bekerja dalam tim perencanaan kecil dan melaporkan
semua hal terkait dengan masalah tersebut langsung kepadanya. Tim perencanaan harus
berjumlah kecil (tidak boleh lebih dari enam orang, dan mungkin dua atau tiga
orang dalam organisasi yang lebih kecil). Tim akan membutuhkan
keahlian-keahlian dalam bidang seperti keuangan dan manajemen operasional. Penting
untuk melibatkan satu atau dua anggota yang duduk dalam komite kunci.
Apa proses yang akan digunakan?–
Ada beberapa pilihan yang direkomendasikan oleh sejumlah penulis atau konsultan
bisnis. Anda dapat
memutuskan
sendiri atau mengikuti saran tersebut. Kerangka yang disarankan dalam panduan
ini relative sederhana tetapi efektif. Proses ini umumnya dimulai dari
penyusunan pernyataan misi dan menggunakannya sebagai dasar untuk menulis dan menyetujui
rencana bisnis, berdasarkan kajian atas kebutuhan anggota, analisis kompetisi
dan analisis SWOT (strength, weaknesess, Opportunity, Threat) –Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancamanbaik secara internal maupun eksternal.
Berikutnya, Rencana strategis diubah menjadi tujuan-tujuan dan rencana-rencana
kerja. Akhirnya, sebuah proses disusun untuk mengkaji kemajuan yang ada.
Apa yang menjadi pencapaian kunci?–
Pencapaian kunci biasanya melibatkan pimpinan eksekutif atau berupa penyampaian
kesimpulan kepada
pengurus,
anggota dan staf organisasi. Sebagai contoh, Anda akan membutuhkan
masukanmasukan dari para karyawan dan keputusan dewan
pengurus
tentang pernyataan visi, misi dan nilai. Anda bisa saja menyusun rancangan
strategis untuk dipaparkan dan disepakati majelis umum organisasi.
Bagaimana Anda menjamin staf dan
anggota terinformasikan dan terlibat?– Sangat krusial untuk tidak
membiarkan dewan pengurus, pegawai atau anggota tertinggal dalam penyusunan
perencanaan. Ini akan mengakibatkan rencana strategis yang tersusun nantinya sulit
diterima atau bahkan ditolak oleh para pihak yang terkait karena tidak merasa berkepentingan
dan tidak mengikuti proses penyusunan dari awal.
Bantuan apa yang Anda perlukan?–
Kebanyakan organisasi, bahkan yang paling kecil, akan merasakan manfaat dari
bantuan eksternal yang diberikan para konsultan berpengalaman. Seberapa banyak
Anda menggunakan orang luar dan siapa mereka akan tergantung pada ukuran, kompleksitas
dan, tentunya, kendala keuangan organisasi. Seorang konsultan dapat membantu
proses
pencapaian serta pelaksanaan kegiatan yang dijelaskan dalam bab ini. Contoh
yang baik adalah memfasilitasi sesi pengumpulan pendapat dengan menggunakan
analisis SWOT atau PEST atau dengan secara jelas mendefinisikan pernyataan
visi, misi dan nilai. Tersedia perusahaan konsultasi besar yang dapat mengelola
proses tersebut untuk Anda, dengan menggunakan model pengembangan strategis
yang mereka miliki. Sejumlah organisasi pengusaha memiliki kemampuan keuangan
untuk menggunakan bantuan konsultasi ini, namun organisasi dengan dana terbatas
harus memanfaatkan anggota organisasi yang membawahi perencanaan.
Dalam jangka waktu berapa lama
rencana tersebut dapat dikembangkan?– Hal ini akan tergantung pada jangka
waktu yang Anda miliki, namun jangan
terlalu
ambisius. Proses perencanaan akan memakan waktu enam bulan untuk organisasi
kecil; sementara untuk organisasi yang lebih besar dan kompleks dapat memakan
waktu lebih dari satu tahun untuk memastikan keterlibatan penuh seluruh pihak
terkait. Jangan lupa, Anda perlu menjadwalkan diskusi dan proses pengambilan keputusan
dalam berbagai tahapan pertemuan pengurus. Anda pun dapat menjadwalkan pelaksanaan
proses penyusunan rencana strategis tersebut dengan jeda kecil di antaranya
untuk melakukan evaluasi. Jika timbul permasalahan internal maupun eksternal,
hal terbaik yang dilakukan adalah mengatasi masalah tersebut dengan dua sudut
pandang: Pertama, dengan segera menanggapinya selama jangka waktu enam bulan.
Kedua,
dapat dilanjutkan dengan pengembangan dan adaptasi yang lebih panjang, misalnya
untuk tiga tahun.
Siapa yang memberikan persetujuan
akhir?– Biasanya perencanaan disetujui oleh dewan atau komite pengambil
keputusan senior dalam organisasi yang kemudian mengomunikasikannya dengan
anggota serta pihak luar. Organisasiorganisasi akan mempertimbangkan mengadopsi
perencanaan strategis tersebut pada pertemuan umum tahunan.
Apakah Anda memiliki anggaran?–
Bekerja sama dalam pembuatan perencanaan strategis tentunya akan menghabiskan
waktu para staf, selain juga
memperbesar
biaya. Yang juga harus dipikirkan adalah apabila Anda ingin melibatkan sejumlah
konsultan. Berapa biaya yang Anda dapat bayarkan serta pos terbaik mana uang
harus belanjakan?
Pemikiran
awal di atas, harus selalu ada dalam pemikiran Anda saat membaca panduan ini
sejak awal. Panduan ini sendiri secara luas mengikuti alur pertanyaan dalam bab
tujuh di mana hal tersebut di ertimbangkan secara lebih rinci termasuk
“cetakbiru” untuk pengembangan perencanaan strategis yang diusulkan.
-
MEMULAI -
Apakah organisasi Anda memiliki
pernyataan misi secara tertulis?
Adakah pernyataan misi telah diubah
menjadi perencanaan strategis?
Apakah pernyataan misi dipublikasikan
secara internal dan eksternal?
Apakah Anda memiliki komitmen yang
diperlukan tim eksekutif dan pengurus dalam menjalankan kajian perencanaan
strategis?
Apakah tim eksekutif Anda dan pengurus
disiapkan untuk mengambil keputusan sulit yang diperlukan agar perencanaan itu
dapat diimplementasikan?
Siapa yang mengembangkan rencana Anda?
Dalam jangka waktu berapa lama rencana
Anda akan dikembangkan?
Proses apa yang akan Anda gunakan?
Bantuan apa yang Anda perlukan?
Apakah Anda memiliki anggaran?
Siapa akan menyetujui rencana tersebut?
Analisis
internal dan eksternal
Ada
beberapa metodologi yang dapat diterapkan bagi organisasi yang ingin mengkaji
bagaimana mereka berhadapan dengan peluang pasar yang dijelaskan dalam bab
delapan.
Apapun
metode yang digunakan, harus memungkin Anda menghasilkan daftar
pilihan-pilihan
strategis yang dapat menjadi prioritas.
Perangkat
yang disarankan meliputi:
Analisis SWOT– (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) baik lingkungan
internal maupun eksternal;
Analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) di lingkungan eksternal;
Beberapa bentuk survei anggota. Jika organisasi Anda bekerja dalam lingkungan
yang sangat kompleks atau kompetitif. Menggunakan data yang dihasilkan dari
berbagai analisis, kelompok perencanaan Anda dapat mengidentifikasi
pilihan-pilihan strategis dan memperdebatkan hal-hal yang menjadi prioritas. Dengan
berakhirnya latihan ini, tim perencana dapat
memaparkan
kepada dewan pengurus tentang:
Kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman;
Pandangan anggota tentang kondisi organisasi saat ini dan prioritas yang harus
dituju di masa depan;
Strategi utama alternatif;
Lingkungan yang kompetitif dalam berbagai bidang;
Pandangan mereka tentang prioritas organisasi yang harus dijalankan.
Pada
titik ini, tanggung jawab akan diambil oleh pengurus untuk memilih dan
menyetujui prioritasprioritas kebijakan.
Adalah
penting untuk tidak melakukan kegiatan yang melampaui tahap perencanaan dan
memasuki alokasi sumber tanpa melibatkan dan disetujui oleh dewan.
Mengubah
prioritas strategis menjadi tujuan dan rencana kerja
Saat
ini dewan organisasi telah mengambil keputusan pasti tentang bidang yang akan diprioritaskan
dari pilihan perencanaan Anda. Bagi tim perencanaan, ini merupakan saat pihak
lainnya dalam organisasi perlu lebih banyak dilibatkan. Tujuan-tujuan perlu
disosialisasikan oleh mereka
yang
akan bertanggung jawab dalam implementasinya. Sulit untuk mencapainya apabila tujuan
tersebut dilihat sebagai sesuatu yang didorong
dari
luar atau atas. Tujuan strategis mendefinisikan dengan tepat tujuan yang akan
diraih, di mana setiap manajer secara perorangan dapat membuat sebuah rencana
kerja terinci guna memastikan rencana tersebut benar-benar dapat dicapai.
Organisasi dapat mengukur dalam hal apa tujuan tersebut dapat dicapai. Definisi
tujuan-tujuan strategis harus disusun untuk menjamin bahwa misi organisasi
dapat dijalankan, peluang dan kekuatan dapat dimaksimalkan dan ancaman serta
kelemahan dapat diatasi. Kebanyakan manajer memahami akronim SMART terkait
dengan penyusunan tujuan organisasi. SMART adalah:
“Strategi
adalah 1% formulasi dan 99% implementasi”
Thomas
Edison - Penemu AS (1847-1931)
Pengorganisasian
untuk menjalankan rencana
Setiap
ada perubahan besar yang diusulkan dalam mengoperasian organisasi atau sejumlah
layanan akan membawa implikasi pada organisasi. Staf baru
dapat
direkrut, beberapa staf lama dapat berpindah posisi dan struktur organisasinya
mungkin memerlukan perubahan agar dapat memfokuskan dirinya pada
prioritas-prioritas tersebut. Kebutuhankebutuhan dan perubahan-perubahan ini
sudah harus dipikirkan saat melakukan pekerjaan persiapan. Tetapi saat
pelaksanaan strategi keseluruhan organisasi harus dijalankan bersama. Desain organisasi
dan manjemen perubahan merupakan hal yang berada di luar cakupan panduan ini.
Adalah memadai untuk mengatakan bahwa Anda harus meluangkan waktu agar
transformasi organisasi dapat dicapai.
1.
Tujuan-tujuan harus dihasilkan melalui partisipasi semua pihak yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan dan terbebas dari pengaruh luar;
2.
Tujuan harus memadai dan cocok dengan pernyataan dan misi organisasi, yang
konsisten dan relevan dengan isi tujuan;
3.
Penyusunan tujuan menjawab tantangan yang masuk akal; oleh karena itu tujuan
harus memiliki cakupan dengan luas tertentu;
4.
Tujuan harus realistis dan layak serta harus dapat dikerjakan;
5.
Tujuan harus ditulis dengan jelas;
6.
Tujuan harus diperbarui, dapat disesuaikan dengan kenyataan. Ini artinya harus
secara periodik direvisi;
7.
Jumlah tujuan harus terbatas dan masuk akal. Terlalu banyak tujuan akan
memperlemah tujuan yang sangat penting. Jumlah tujuan harus diupayakan sedikit;
8.
Tujuan harus memiliki hirarki (tahapan-tahapan) dan harus diprioritaskan;
9.
Tujuan harus nyata dan dapat diukur, ketidakjelasan harus dihindarkan.
Generalisasi seperti “memaksimalkan”, “minimalisasi”, “secepat yang
dimungkinkan”, “meningkatkan”, “bekerja sebaik mungkin”, harus dihindarkan.
10.
Tujuan harus berhubungan satu dengan lainnya. Ini berarti tujuan jangka pendek
(seminggu, sebulan) harus terkait dengan tujuan jangka menengah (tiga bulanan,
tengah tahunan), dan pada gilirannya, harus terkait dengan tujuan jangka
panjang (satu tahun, lima tahun, dan sebagainya).
“LAKUKAN”
DAN “JANGAN LAKUKAN” STANTON-REINSTEINS
Lakukan
Jangan Lakukan Mengukur kualitas dari hasil-hasil jika dimungkinkan. Pengukuran
kualitas bagaimana pelanggan menilai produk dan jasa Anda. Pengukuran ini
memberikan informasi yang paling baik untuk pengambilan keputusan strategis dan
menjaga Anda tetap fokus pada misi dan
pelanggan.
Memberikan dukungan, sumber daya, pelatihan, panduan, arahan untuk memastikan
keberhasilan setiap orang. Orang tidak dapat berkinerja baik kecuali seseorang
memiliki semua yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Rencana merupakan
bagian dari eksekusi, yang sangat tergantung pada manajemen sumber daya. Jangan
pilih pengukuran produktivitas, hanya karena hal itu lebih mudah didefinisikan.
Penting seperti adanya, produktivitas tidak menjelaskan kepada Anda apabila
Anda menciptakan sebuah produk atau jasa yang konsumen inginkan. Anda dapat
selalu membuat “sampah” lebih cepat. Apabila Anda terfokus pada kualitas, Anda
akan lebih produktif,
karena
Anda mengurangi mengerjakan kembali dengan biaya mahal. Jangan tempatkan
seseorang tanpa memberikannya apa yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dengan
baik. Delegasi berarti pengertian tentang kebutuhan untuk melakukan tugas
dengan baik. Anda hanya dapat menjaga orang bertanggung jawab atas apa yang dapat
ia awasi/kontrol.
CIRI ORGANISASI INOVATIF
Peranan
Organisasi dalam Pengembangan Modal Manusia
Organisasi
adalah media untuk mengungkit dan mengembangkan potensi manusia. Sama halnya
dengan sebuah tanaman bunga, tumbuh dan berkembangnya tanaman itu sangat
tergantung pot bunga yang menjadi media pengembangannya. Kalau pot bunga berisi
tanah yang mengandung air dan mineral yang cukup sebagai bahan makanan bagi
tanaman itu, maka tanaman dalam pot itu akan berkembang dengan baik. Sehubungan
dengan peranan yang demikian ini diperlukan pemahaman merancang organisasi yang
mampu mengembangkan seluruh modal manusia yang ada di dalam organisasi.
Organisasi harus memiliki budaya dan iklim yang memacu berkembangnya modal manusia. Berbagai aspek budaya yang diperlukan dalam membangun iklim organisasi yang baik akan dibicarakan dalam bab-bab berikutnya dari buku ini. Dalam bab ini pembicaraan hanya difokuskan pada siklus pertumbuhan organisasi.
Siklus Kehidupan Organisasi (Company Life Cycle)
Organisasi
sama halnya dengan kehidupan manusia memiliki sebuah siklus mulai dari lahir,
berkembang, dewasa, mundur, dan mati. Siklus kehidupan ini sama dengan siklus
kehidupan sebuah produk (product life cycle). Banyak sekali
perusahaan yang mengalami kemunduran karena dia tidak menyadari bahwa
perusahaan sudah berada dalam kondisi mundur tetapi manajemen perusahaan tidak
menyadari sama sekali kalau kondisi perusahaan sudah berada dalam tahapan
kemunduran.
Pemahaman terhadap ciri-ciri perilaku organisasi dalam tiap tahapan siklus organisasi adalah sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh setiap pengelola organisasi. Dengan demikian pengelola organisasi dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan.
1. Fase lahir (fase enterpreneurship) adalah fase yang sangat diwarnai oleh sifat transformasional. Anggota perusahaan lebih dimotivasi oleh dorongan idealisme, mau bekerja, mau berfikir dengan cara berbeda (out of box thinking), inovasi sangat menonjol, dekat dengan pelanggan, komunikasi ke dalam dan keluar sangat baik, rasa percaya pada sesama (trust), dan berani mengambil resiko. Karyawan kritis terhadap ancaman dan peluang bisnis yang ada, dan mereka sangat adaptif pada ancaman dan peluang ini.
2. Fase berkembang (growth) adalah fase berkembangnya perusahaan. Manajemen merasa banyak hal yang benar sudah mereka lakukan yang menghantar pada sukses perusahaan. Fase ini lebih diwarnai oleh sifat transaksional. Pada fase ini karyawan bekerja menurut prosedur yang telah ditetapkan Sistim manajemen Planning Organizing Actuating and Controlling sangat ditekankan. Pada fase ini peranan pengawasan sangat menonjol. Gaya manajemen lebih menekankan pada pengawasan yang mengakibatkan bersifat pasif dan menunggu perintah. Rasa percaya (trust) dan pemberdayaan (empowerment) pada karyawan terasa berkurang. Kondisi demikian ini menyebabkan inovasi menjadi sangat menurun. Karyawan umumnya hanya meniru sukses produk masa lalu dengan ditambah beberapa perbaikan. Sukses pada masa ini membuat manajemen dan karyawan merasa berpuas diri atas kemajuan perusahaan.
3. Fase dewasa (maturity) adalah fase terjadinya penurunan kinerja perusahaan. Sifat transaksional sangat menonjol. Karyawan hanya memikirkan kotak organisasinya sendiri. Terjadi persaingan antar kotak dalam struktur organisasi. Karena sifat karyawan yang sangat transaksional, maka setiap ada tambahan kerja dibuat struktur organisasi baru. Akhirnya struktur organisasi perusahaan menjadi besar seperti seekor dinosaurus. Besarnya organisasi ini tidak diserati oleh suatu integrasi yang utuh. Keputusan dibuat sangat lambat, dan komunikasi tidak lancar. Dalam kondisi persaingan bisnis yang semakin tinggi tingkat turbulensinya, kondisi demikian ini akan sangat membahayakan perusahaan.
4. Fase Kemunduran (decline). Fase ini ditandai oleh menurunnya kinerja perusahaan, lebih rendah kinerjanya dibandingkan dengan fase dewasa. Manajemen dan karyawan tidak peka melihat ancaman bisnis yang bisa menghancurkan perusahaan. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan untuk melihat perubahan lingkungan bisnis, dan ketidakmauan untuk melakukan perubahan. Perusahaan masih berpegang pada prinsip bisnis yang lama yang sangat tidak sesuai dengan kondisi masa kini. Akhirnya malapetaka datang. Perusahaan harus melakukan tindakan yang memakan banyak korban. Contoh: PT. Timah harus melakukan poemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 19,000 orang dari sekitar 26 000 karyawannya. Hal ini terjadi karena manajemen sebelumnya tidak mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Turunnya harga Timah dari sekitar $16.000-$18.000 per metric ton menjadi hanya $6300. Harga tersebut tiddak mencukupi untuk menutupi biaya operasi.
5. Fase Kematian (death). Kalau kondisi kemunduran di biarkan terus tanpa ada tindakan penyelamatan yang efektif, akhirnya perusahaan akan mati atau diambil alih oleh perusahaan lain. Contoh perusahaan yang mati adalah Ratatex (perusahaan tekstil terbesar tahun 50an dan awal 60an), perusahaan minyak Stanvac yang diambil alih oleh Medco. Raja konglomerat abad ke 19 di Semarang Oei Tiong Ham.
6. Fase Kelahiran Kembali (re-birth). Untuk menghindari kemunduran perusahaan harus melakukan perubahan di saat perusahaan masih sehat. Sebaiknya perubahan dilakukan pada fase berkembang dan dewasa. Fase perubahan ini disebut dengan Fase kelahiran kembali (re-birth). Pada fase ini perilaku manajemen dan karyawan harus kembali kefase awal kelahiran perusahaan. Karyawan harus bersemangat kembali. Peka melihat ancaman dan peluang bisnis, banyak inovasi, ramah pada pelanggan, dan berani mengambil resiko. Sifat-sifat yang menonjol pada masa ini adalah sifat transformasional.
Resistensi terhadap suatu perubahan dari eksekutif dan
karyawan bukanlah barang baru dalam proses manajemen. Bahkan sering ditempatkan
sebagai masalah sentral. Walaupun seminar, lokakarya, dan bentuk diskusi lain
sudah berulangkali dilaksanakan namun pertanyaannya adalah apakah rumusannya
sudah mampu digunakan untuk memecahkan masalah bisnis? Atau masalah itu sendiri
memang tidak dapat dipecahkan dengan hanya memanfaatkan rumusan-rumusan
diskusi? Atau memang karena ada resistensi maka tak ada perubahan? Lalu
bagaimana?
Resistensi seharusnya tidak diposisikan sebagai masalah
sentral suatu organisasi. Itu hanya menimbulkan pemborosan waktu dan ongkos
saja dan proses produksi bakal berjalan di tempat bahkan stagnasi. Tidak bakal
selesai hanya memikirkan adanya resistensi. Jadi yang jauh lebih penting
bagaimana unsur-unsur resistensi dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
mencari jalan keluar terbaik. Dengan kata lain unsur-unsur tersebut harus
dijadikan tantangan untuk menciptakan, membangun, dan memelihara organisasi
inovatif. Resistensi sebagai ancaman harus diciptakan menjadi peluang. Karena
itulah disini peran manajemen puncak menjadi sangat strategis dalam hal sikap
terhadap inovasi dan prakteknya.
Dalam manajemen tradisional, posisi manajemen puncak adalah
sebagai penentu akhir dalam pengambilan keputusan. Manajemen puncak memiliki
kekuasaan-kekuatan untuk menerima dan menolak setiap gagasan dan akhirnya
dialah yang memutuskannya. Jadi sangat sentralistik atau berada pada satu
tangan atau kekuasaan manajemen puncak. Manajemen dan karyawan hanya
melaksanakan saja keputusan tersebut. Hal demikian sangat berbeda dengan
organisasi inovatif.
Di dalam organisasi inovatif (OI), manajemen puncak
menempatkan para individu organisasi sebagai mitra untuk membuat dan
menyampaikan gagasan-gagasannya kepada dia. Tidak peduli apakah gagasan itu
terkesan konyol ataukah cemerlang, manajemen puncak bersikap terbuka untuk
mendengar dan mempelajarinya. Disini manajemen puncak tidak sekedar mendorong
para inidividu manajemen dan karyawannya untuk membuat gagasan, namun bertanya
dan ingin bukti apakah gagasan tersebut dapat dipraktekan, realistik, dan
efektif. Dengan kata lain apakah dilihat dari segi teknik dan finansial
suatu gagasan layak untuk diterapkan dan dikembangkan.
Jadi intinya, manajemen puncak dalam OI adalah pendorong
utama inovasi. Dia menstimuli para anggota manajemen tidak saja dalam
menciptakan inovasi fisik tetapi juga inovasi manajemen. Manajemen puncak
mendorong agar setiap inovasi harus terkait dengan visi dan kompetensi utama
perusahaan. Untuk itu kebersamaan di kalangan individu atau antarunit
organisasi diciptakan. Semua diarahkan pada perubahan perilaku yang inovatif.
Tidak saja sebatas pada logika bekerja tetapi juga pada pengembangan logika
gagasan inovatif.
Untuk kelanjutan organisasi inovatif maka kaderisasi para
calon, utamanya di kalangan eksekutif muda, untuk menjadi pimpinan organisasi
diutamakan. Terkait dengan ini maka atmosfir pembelajaran yang bersinambung
menjadi syarat pokok berkembangnya perilaku inovatif di kalangan individu
organisasi. Pada gilirannya sikap resistensi yang semula sebagai masalah
sentral organisasi secara bertahap akan hilang dengan sendirinya. Yang muncul
adalah sikap kebersamaan inovatif berkat dukungan utama manajemen puncak.
MEMBANGUN KINERJA INOVASI
Sebenarnya
kata inovasi mengandung pengertian yang tidak seragam. Secara klasik, inovasi
diartikan sebagai proses membuat perbaikan dengan mengenalkan sesuatu yang
baru, suatu perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru (The
Amirican Heritage Dictionary), memperkenalkan sesuatu yang baru
(Merriam-Webster Online), merupakan ide, metode atau pemikiran yang baru
(Merriam-Webster Online), kesuksesan memanfaatkan ide yang baru (Departemen
of Trade and Industry), perubahan atas penciptaan dimensi yang baru dari
kinerja (Peter Drucker), merupakan ide kreatif yang direalisasikan (Frans
Johansson).
Menurut Luecke and Katz (2003), inovasi diartikan sebagai
pemahaman umum tentang pemikiran baru atau metode baru. Diartikan juga sebagai
perwujudan, kombinasi, atau sintesis atas pengetahuan yang orisinil, relevan,
nilai baru atas produk, suatu cara, atau pelayanan. Sedangkan menurut Sumiyarto
(2006) pada intinya inovasi adalah sesuatu yang baru yang dihasilkan (sebagai
output perusahaan) atau sebagai suatu proses adopsi atau pengaplikasian sesuatu
yang “baru” oleh sebuah organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi ini
menjadi lebih kompetitif. Sesuatu yang baru tersebut bisa berupa produk atau
jasa baru yang dapat memberikan nilai lebih dibandingkan produk yang lama. Bisa
juga sesuatu yang baru itu adalah proses baru menciptakan efisiensi dalam
produksi, penyampaian (deliveri) maupun peningkatan pelayanan. Menurutnya,
inovasi juga mencakup proses mengadaptasi produk atau mengadaptasi proses yang
sudah ada. Mengacu pada kerangka Woodman, inovasi dapat diartikan sebagai
proses adaptasi produk, jasa, ide atau proses baik yang sudah ada di dalam
organisasi maupun yang dikembangkan dari luar organisasi. Dengan kata lain,
perusahaan yang meniru produk perusahaan lain atau mencontoh cara kerja
perusahaan lain dapat juga dikatakan melakukan inovasi.
Lalu,
hal-hal apa saja yang mendorong terjadinya inovasi?
Inovasi
terjadi karena didorong oleh hal-hal sebagai berikut:
- Perubahan kualitas
- Penciptaan pasar baru
- Perluasan lingkup produk
- Pengurangan biaya tenaga kerja
- Perubahan proses produksi
- Pengurangan bahan baku
- Mengurangi kerusakan lingkungan
- Penggantian produk atau jasa
- Pengurangan penggunaan energy
- Penyesuaian dengan peraturan.
Sedangkan
menurut Sumiyarto (2006) inovasi didorong oleh:
(1)
meningkatnya tuntutan pasar,
(2)
meningkatnya persaingan,
(3)
perubahan teknologi.
Respon organisasi terhadap lingkungan yang penuh
ketidakpastian terutama dengan struktur organisasi mengakibatkan organisasi
meningkatkan diferensiasi pekerjaan. Sumiyarto juga menyebutkan bahwa inovasi
lebih cepat terjadi apabila organisasi membentuk struktur jaringan (network)
dengan organisasi lain.
Sumber-Sumber
Inovasi
Ada
dua hal yang menjadi sumber inovasi, yaitu manufacturer innovation dan end
user innovation (Wiktionary). Dalam manufacturer innovation, orang
atau bisnis melakukan inovasi dalam rangka untuk menjual inovasi. Sedangkan
dalam end user innovation orang atau perusahaan mengembangkan inovasi
untuk digunakan sendiri sebab keadaan produk tidak memenuhi kebutuhan.
Dengan
demikian, karyawan yang inovatif melakukan inovasi untuk menjual karyanya dan
“dirinya” kepada perusahaan, agar dipandang memiliki nilai lebih dari karyawan
lain. Kondisi tersebut akan menimbulkan keunggulan bersaing dalam diri
karyawan, sehingga jika terjadi downsizing untuk merampingkan organisasi, dia
layak untuk dipertahankan.
Lalu
bagaimana proses terjadinya inovasi?
Berikut
ini gambaran the innovation funnel:
The
Innovation Funnel
Alur
di atas menggambarkan bagaimana tujuan organisasi (innovation goals), pelaksanaan/tindakan
inovasi (innovation actions), team yang melakukan inovasi (innovation
teams) dan hasil dari inovasi (innovation results) saling
mempengaruhi satu sama lain untuk menciptakan perubahan dalam organisasi.
Tindakan inovasi dimulai dari mulut alur yang lebar, mewakili alternatif ide
untuk melakukan perubahan. Tindakan ini bergerak ke arah leher alur dimana akan
mengalami berbagai pemangkasan yang dipengaruhi oleh definisi tujuan dan
ketersediaan team. Alur terakhir, mengatakan tentang informasi hasil
pelaksanaan dari tujuan, tindakan dan tim.
Aspek
terpenting dari alur inovasi di atas adalah keterkaitan secara umum antara
tindakan dengan tujuan dan tim. Individu dan tim akan fokus pada ide-ide yang
mereka yakini setara dengan tujuan yang tidak dapat dipungkiri. Sedangkan
tujuan dapat didefinisikan untuk mengakomodasi ide-ide yang bagus. Hal ini
merupakan proses pembelajaran yang umumnya terjadi dalam komunitas inovasi.
Konsep
Karyawan yang inovatif
Menurut
Christopher Brooke Dobni (2006), berikut ini beberapa hal yang membuat
organisasi memiliki inovatif, yaitu:
- Karyawan dalam organisasi yang
inovatif memahami bahwa inovasi merupakan kumpulan dari beberapa orang
yang sepanjang jalan mereka berpikir dan melaksanakan, memikirkan
organisasi untuk inovatif.
- Kultur organisasi mempengaruhi
pembentukan karakteristik yang sama, yaitu kreativitas, bersemangat,
keinginan untuk sukses, dan pemberdayaan.
- Mereka semua tahu bagaimana
mereka memenangkan persaingan/permainan, inovasi adalah alat mereka.
Banyak dari karyawan memperlihatkan persaingan yang saling mempengaruhi
dalam menggapai kesempatan untuk menemukan tambahan nilai yang penting.
- Organisasi telah membuat
keputusan untuk menggapai tujuan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan
data tersebut di atas, ternyata karyawan memiliki peran dalam menciptakan
organisasi yang inovatif. Oleh karena itu, perlu dikenali ciri-ciri karyawan
inovatif yang mampu menciptakan organisasi yang juga inovatif yaitu:
- Mereka tidak cemas dalam
menghadapi kegagalan
- Mereka yakin dapat belajar dari
kegagalan
- Mereka tahu bahwa inovasi
membutuhkan suatu tekad kerja dimana kegagalan merupakan sesuatu yang
nyata.
- Inovator memiliki disiplin yang
tinggi untuk selalu ingin tahu tentang apa yang terjadi
- Inovator terbuka dalam setiap
usaha untuk melakukan percobaan
- Inovator menyadari bahwa
pemanfaatan inovasi harus kuat, fleksibel, dan mudah diadaptasikan.
- Inovator gembira menemukan
sesuatu yang tidak pasti, kemudian mereka berusaha untuk menemukan inovasi
baru.
- Inovator suka membuat karya yang
sangat berguna bagi pemakai.
Dengan
demikian, perusahaan perlu untuk memberikan perhatian yang khusus kepada
karyawan yang inovatif dan harus selalu berupaya untuk menambah jumlah karyawan
yang inovatif. Menurut Eric Von Hippel, inovasi dapat ditingkatkan dengan
mengurangi keresmian dari pekerjaan (jangan terlalu formal), melalui pertukaran
dan kombinasi atas pengalaman yang profesional dan melalui beberapa jalan yang
lain.
Bagaimana
Mengadopsi Inovasi
Menurut
Nelson (2004) yang dikutip oleh Sumiyarto (2006) ada 4 model yang dapat
menjelaskan bagaimana sebuah inovasi penting diadopsi. Keempat model tersebut
adalah:
- Rational Choice Diffusion
- Quasi Rational Choice with
possibility of Look in
- Fads
- Social Construction
Keempat
model ini dapat dibedakan berdasarkan 2 faktor utama. Faktor pertama adalah ada
tidaknya apa yang dia sebut sebagai dynamic increasing return. Apabila
semakin banyak organisasi yang mengadopsi suatu inovasi berakibat pada
meningkatnya kinerja organisasi maka faktor dynamic increasing return
dianggap ada. Faktor yang kedua adalah kemampuan sebuah inovasi memberikan
umpan balik yang jelas dan persuasif bagi pengadopsinya. Sebuah inovasi
dikatakan mampu memberikan umpan balik yang jelas dan persuasif apabila ada
kriteria kinerja yang jelas dapat dipakai untuk menilai atau apabila ada hasil
eksperimen yang meyakinkan. Model yang menjelaskan mengapa organisasi
mengadopsi sebuah inovasi tersebut menunjukkan bahwa organisasi mengadopsi
sebuah inovasi bukan saja karena adanya alasan rasional saja. Organisasi dapat
mengadopsi sebuah inovasi yang sebetulnya tidak terlalu jelas konsekwensi
positifnya terhadap kinerja organisasi atau belum terbukti bahwa mengadopsi
dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Mengingat
betapa pentingnya inovasi bagi suatu organisasi, lalu bagaimana berinovasi?
Menurut Fonseca (2002) yang dikutip oleh Sumiyarto (2004), ada 3 pemikiran utama yang mendasari bagaimana inovasi dalam industri dipandang, yaitu:
Menurut Fonseca (2002) yang dikutip oleh Sumiyarto (2004), ada 3 pemikiran utama yang mendasari bagaimana inovasi dalam industri dipandang, yaitu:
a. Aliran ekonomi klasik dan neoklasik
Berdasarkan
aliran ekonomi, inovasi dipandang sebagai tindakan rasional individu sebagai
agen ekonomi yang turut mempengaruhi keseimbangan permintaan dan penawaran pada
tingkat makro. Sedangkan aliran neoklasik mempertimbangkan pertumbuhan dinamis
dengan memasukkan unsur tindakan individu sebaga variabel yang mempengaruhi
efisiensi produksi sehingga dapat dikatakan mempengaruhi posisi dan bentuk
kurva produksi. Disini, inovasi merupakan hal penting untuk memperoleh kekuatan
monopoli dan memperoleh keuntungan lebih dari normal. Dengan demikian, inovasi
dipandang sebagai tindakan rasional dan terencana.
b. Aliran ekonomi evolusioner atau
Schumpeter
Menurut
aliran ini, inovasi dilihat dengan cara yang sama dengan aliran ekonomi dan
neoklasik, namun inovasi tidak lagi dipandang sebagai faktor eksogenus namun
dimasukkan ke dalam sistem ekonomi.pertumbuhan ekonomis dijelaskan sebagai
proses dinamis yang terjadi akibat adanya inovasi ilmiah, teknologi serta peran
yang dimainkan oleh entrepreneur. Individu tidak lagi dipandang sebagai agen
yang hitung-hitungan dan rasional tetapi digambarkan menggunakan intuisi dan
pandangan kewirausahaan (visionary entrepreneur). Berbeda juga dengan aliran
neoklasik, dinamisme pertumbuhan ekonomi bukan bergerak menuju ke keseimbangan
namun justru merupakan proses menciptakan ketidakseimbangan. Inovasi yang
terjadi menghasilkan ketidakseimbangan yang mendorong individu dan organisasi
terus beradaptasi untuk bisa bertahan hidup.
c. Teori proses respon kompleks
Menurut
Stacey (2001), inovasi terjadi setelah adanya interaksi langsung antara satu
orang dengan orang lain dalam bentuk percakapan (conversation). Interaksi antar
orang ini dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar, menginterpretasi
kenyataan, fakta dan tanda-tanda dilapangan, bukan dengan kerangka asumsi dan
keyakinan yang selama ini sudah ada.
KEPEMIMPINAN
Dalam kenyataannya para pemimpin dapat
mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kwalitas kehidupan kerja dan
terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan
paranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk
mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang
pemimpinan effektif? Apa Hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan
menjawab bahwa pemimpin yang effektif mempunyai sifat atau kualitas tertentu
yang diinginkan.
Kemampuan den ketrampilan kepemimpinan
dalam pengarahan adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi
dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan
kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan
meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan
teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas
personalis dalam organisasi.
A. Arti Kepemimpinan dan Manajemen Yang
Fungsi Melaksanakan Kepemimpinan
Dalam praktek
sehari-hari, seoring diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal
macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin kedua adalah orang yang tugasnya
memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki
seorang pemimpin.
Setiap orang
mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan peningkatan pengetahuan
oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan
membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan
dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini
kebanyakan para ahli beranggapan bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat
kepemimpinannya dalam tingkat tertentu.
Kepemimpinan
adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu
atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan jalan
menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat dalam
membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara pemimpin
dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati bersama.
Seseorang
pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut
melayani dia.Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan
organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.
Dari batasan
kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang dikatakan pemimpin
apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan
sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam
tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen
(manajement members). Ketiga tingkatan tersebut adalah :
a. Manager puncak (Top Manager)
b. Manajer menengah (Middle manager)
c. Manajer bawahan (Lower
managor/suvervisor)
Seorang pemimpin mempunyai baik
ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan tekhnis (technical
skill). Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis pemimpin dalam organisasi maka
keterampilan lebih menonjol dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal ini
disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional.
Bertambah tinggi kedudukan seorang
pemimpin dalam organisasi maka semakin menonjol keterampilan manajemen dan
aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas bersifat konsepsional.
Dengan perkataan lain semakin tinggi
kedudukan seorang pamimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya
kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro.
Di samping itu perlu dikemukakan bahwa
semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist,
sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi
spesialist.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lebih
mudah mengukur produktivitas pemimpin yang lebih rendah.
B. Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan
Informal
Dalam setiap
organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal
melahirkan organisasi formal dan hubungan informal melahirkan organisasi
informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang resmi yang ada pada
diangkat dalam jabatan kepemimpinan.
Polo
kepemimpinan tersebut terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur hirarki
dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan
jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh
bawahan.
Penerimaan atas
pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat
dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus
menjadi kepemimpinan nyata.
Kepemimpinan
formal sering juga disebut dengan istilah headship. Kepemimpinan formal tidak
didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada
struktur organisasi.
Efektivitas kepemimpinan informal
terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan
seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria
diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan "memikat" hati orang lain.
2.
Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain.
3.
Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai.
4.
Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan
operasional.
5.
Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain.
Telah dikemukakan bahwa tidak ada
pemimpin tanpa adanya pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari
persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin
sejati mencapai status mereka karena pengakuan sukarela dari pihak yang
dipimpin.
Seorang pemimpin harus mencapai serta
mampertahankan kepercayaan orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka
seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara
otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Di bawah ini akan dikemukakan perbedaan
antara pemimpinan dengan non pemimpin.
Pemimpin:
1.
Memberikan inspirasi kepada bawahan
2.
Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan bawahan
3.
Memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan
4.
Menerima kewajiban-kewajiban
5.
Memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan.
Non Pemimpinan :
1.
Memberikan dorongan kepada bawahan
2.
Menyelesaikan pekerjaan dan mongorbankan bawahan
3.
Menanamkan perasaan takut pada bawahan dan memberikan ancaman.
4.
Melimpahkan kewajiban kepada orang lain.
5.
Melimpahkan kesalahan kepada orang lain dengan apabila terdapat kekeliruan atau
penyimpangan-penyimpangan.
C. Teori Kepemimpinan dan Tipe-tipe
Kepemimpinan
Beberapa teori telah dikemukakan para
ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda
dengan teori yang lainnya.
Di antara berbagai teori mengenai
lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya yang paling menonjol yaitu
sebagai berikut :
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam
mengadakan "leaders are born and not made". bahwa penganut teori ini
mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat
pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia
akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah
menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa
"leaders are born and not made", make penganut-penganut sosial
mengatakan sebaliknya yaitu :
"Leaders are made and not
born".
Penganut-penganut teori ini berpendapat
bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan
kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari
kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat
bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu
lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian
dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang
memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah
dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi
positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori
yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun demikian penyelidikan yang
jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti
apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap
organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut
:
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin militoristis
3. Tipe pemimpin paternalistis
4. Tipe pemimpin karismatis
5. Tipe pomimpin demokratis
1. Tipe pemimpin demokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa
pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah
sebagai berikut :
a.
Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b.
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c.
Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d.
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia
menganggap dialah yang paling benar.
e.
Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f.
Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang
mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe
mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak
menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam
organisasi modern.
2. Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa
yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan
pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam
militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a.
Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai
tujuan digunakan sebagai alat utama.
b.
Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c.
Sonang kepada formalitas yang berlebihan
d.
Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e.
Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f.
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe
pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan
pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis,
mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kepakan.ke Pemimpin
seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan
mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu
sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin
paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)
Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b)
Bersikap terlalu melindungi bawahan
c)
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d)
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya
kreasi.
e)
Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan
tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi
sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen
kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen
belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma.
Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat
besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para
pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini,
pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang
karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan,
umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai
kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada,
tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik.
Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan
kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan
demokratis adalah sebagai berikut:
1.
Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2.
Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
3.
Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4.
Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan
agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas,
inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
5.
Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6.
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8.
Dan sebagainya.
Syarat-syarat pemimpin yang baik
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
seorang yang tergolong sebagai pemirnpin adalah seorang yang pada waktu
lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan
dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman
kerja.
Pengambangan kemampuan itu adalah suatu
proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan
semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat
antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai
berikut :
a)
Pendidikan umum yang luas.
b)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c)
Kemampuan berkembang secara mental
d)
Ingin tahu
e)
Kemampuan analistis
f)
Memiliki daya ingat yang kuat
g)
Mempunyai kapasitas integratif
No comments:
Post a Comment